Saturday, February 17, 2007

Pilih Apel Berkulit Buram

Apel berkulit cerah dan mengkilat memang lebih menarik. Namun, bila Anda menginginkan apel yang lebih menyehatkan, tampaknya Anda mesti melirik apel berkulit buram. Mengapa?
Penelitian oleh para periset dari Institut Pertanian Wroclaw, Polandia, menunjukkan, varietas apel berkulit buram mengandung antioksidan dua kali lebih banyak ketimbang apel berkulit cerah. Antioksidan yang terkandung dalam apel disebut polyphenol.
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan, polyphenol yang terkandung dalam buah-buahan dan sayur-sayuran bisa membantu melindungi tubuh dari serangan penyakit, semisal kanker. Hal ini karena polyphenol mampu mengusir radikal bebas yang berpotensi merusak sel.
Apel sendiri mengandung berbagai jenis polyphenol. Namun ketika apel diolah menjadi jus, beberapa jenis polyphenol itu hilang. ''Saya sarankan, jika Anda hendak membuat jus apel, gunakan apel berkulit buram karena mengandung lebih banyak polyphenol dan pektin,'' kata Dr Jan Oszmianski terkait dengan hasil penelitian yang dipimpinnya.
Sementara, Judy Moore, juru bicara British Dietetic Association, punya pendapat lain. Menurutnya, mengubah pilihan dari apel berkulit cerah ke apel berkulit buram bukanlah hal sulit. Namun, ketimbang diminum sebagai jus, akan lebih baik jika apel dimakan sebagai buah segar. ''Dengan begitu, Anda akan mendapat asupan serat.''
(hid )
(taken from Republika Online-- Minggu, 21 Januari 2007)

Ada Kaitan Malaria dengan HIV/AIDS

[JAKARTA] - Para ilmuwan yang bertugas di Kenya menemukan kaitan antara malaria dan penyebaran virus penyebab sindrom menurunnya kekebalan tubuh (AIDS) di Afrika.

Hasil studi yang dimuat dalam jurnal Science itu menyebutkan, ketika orang dengan HIV/AIDS tertular malaria, virus penyakit itu di dalam tubuhnya menjadi lebih kuat sehingga kemungkinan penderita itu menularkan ke pasangannya menjadi lebih besar.

"Faktor biologi yang didorong oleh malaria itu menyebabkan penyebaran HIV melalui hubungan seksual kemungkinan menjadi semakin mudah," kata Laith Abu-Raddad, salah seorang peneliti di Kenya, dalam studi oleh Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson dan Universitas Washington.

Terkait penemuan itu, ahli mikrobiologi virus dari Universitas Airlangga CA Nidom ketika dihubungi Pembaruan menjelaskan, dalam perjalanannya virus akan mengalami proses adaptasi. Bila ditemukan bahwa parasit malaria telah memberi ruang gerak bagi HIV untuk berkembang biak, ada dua hal yang bisa ditinjau. Pertama, perlakuan apa yang diberikan kepada virus ini sehingga bisa menjadi lebih berkembang ketika orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terkena malaria. Kedua, perlakuan apa yang selama ini dilakukan untuk memberantas malaria, tetapi justru membuat virus itu bisa berkembang.

"Perlakuan apa pun harus memperhatikan penyakit yang lain. Tidak otomatis ODHA kalau kena malaria langsung parah," katanya.
Sejauh ini, ungkapnya, belum ada jawaban yang pasti tentang apakah nyamuk bisa bersifat sebagai transmiter untuk HIV, sementara data lain menyebutkan semakin banyak penularan HIV melalui jarum suntik.
Untuk mencegah penularan HIV yang semakin cepat, ada tiga hal yang bisa dilakukan. Pertama, perlakuan terhadap HIV agar perkembangan plasmodium teratasi. Kedua, pemberantasan malaria sehingga HIV tidak berkembang. Ketiga, berkaitan dengan faktor nyamuk yang dapat menjadi transmiter HIV.

Sementara itu, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Samsuridjal Djauzi yang menekuni HIV/AIDS mengemukakan, penelitian menunjukkan bahwa penularan HIV/AIDS masih disebabkan oleh hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik secara bergantian. Sedangkan penyebab kematian ODHA di setiap negara sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita negara tersebut.

Di Indonesia, tuturnya, penderita HIV/AIDS justru diperparah oleh adanya kuman tuberkulosis (TB). "Di Indonesia angka kejadian TB termasuk tinggi, sehingga penyebab kematian pada penderita HIV/AIDS paling tinggi adalah TB. Bagi ODHA yang kekebalan tubuhnya menurun, kuman itu menjadi aktif kembali sehingga peningkatan TB di HIV menjadi meningkat sekali," paparnya.

Menurut dia, bila di suatu daerah terjadi endemik malaria, bisa saja menjadi penyebab kematian yang paling tinggi di kalangan ODHA. Malaria sendiri bisa diderita karena parasit malaria memang ada di dalam tubuh, atau ada juga yang terkena di saat kekebalan tubuhnya menurun.

Di Indonesia, setelah TB, infeksi paling banyak yang mengakibatkan kematian pada ODHA adalah jamur dan toksoplasma. [A-22]

this article was taken from Suara Pembaruan, 11 Dec 2006

Sayangi Jantung, Carilah Waktu Tidur pada Jam Kantor

Anda yang kesulitan menahan kantuk di sela jam kerja, kini punya alasan kesehatan untuk minta ijin tidur siang. Sebuah riset yang dilakukan ilmuwan di Yunani menyebutkan bahwa tidur sebentar di sela jam kerja bisa mengurangi risiko penyakit jantung, terutama pada pria.

Kesimpulan yang dipublikasikan dalam Archieves of Internal Medicine tersebut dibuat berdasarkan sebuah penelitian besar untuk mengetahui manfaat tidur siang bagi kesehatan. Tidak tanggung-tanggung, tim peneliti mengamati kesehatan lebih dari 23 ribu orang dewasa bertubuh sehat selama enam tahun. Para responden tersebut rata-rata berusia 50 tahunan dan sebagian besar berstatus karyawan.

Hasilnya, mereka yang tidur siang selama setengah jam minimal tiga kali seminggu, lebih rendah 37 persen terkena serangan jantung atau masalah yang berkaitan dengan jantung. Menurut tim peneliti, tidur siang bisa mengurangi stres, dan stres yang dialami manusia umumnya berasal dari pekerjaan.

Bagaimana dengan perempuan? Menurut Dr Dimitrios Trichopoulos, kepala penelitian, mungkin perempuan juga memetik manfaat yang sama dari tidur siang, namun dibandingkan dengan responden pria, hanya sedikit saja responden perempuan yang meninggal akibat penyakit jantung selama penelitian ini.

Sebanyak 48 responden perempuan dalam riset ini meninggal dunia karena penyakit jantung, enam di antaranya karyawati. Bandingkan dengan 85 responden pria yang meninggal karena penyakit jantung selama penelitian. Sayangnya, banyak perusahaan yang menilai karyawannya yang tidur siang sebagai pemalas. Namun tak sedikit pula perusahaan yang mengijinkan karyawannya tidur di sela waktu kerja, dan terbukti karyawannya tetap produktif. "Saran saya, jika Anda punya kesempatan tidur siang, lakukan. Jika kantor Anda memiliki sofa, beristirahatlah agar rileks," kata Trichopoulos.
(this article was taken from UCC milist)

Tahukah Anda : Mengapa Angka 13 Dianggap Angka Sial?

Di seantero dunia terdapat bermacam-macam kepercayaan, mitos, dan legenda, yang tidak terhitung banyaknya. Bagi kaum rasionalis, kepercayaan-kepercayaan orang-orang tua ini seharusnya ikut mati sejalan dengan modernisasi yang merambah seluruh sisi kehidupan manusia. Namun demikiankah yang terjadi? Ternyata tidak.

Di dalam tatanan masyarakat modern, kepercayaan-kepercayaan tahayul ini ternyata tetap eksis dan bahkan berkembang dan merasuk ke dalam banyak segi kehidupan masyarakatnya. Kepercayaan-kepercayaan ini bahkan ikut mewarnai arsitektural kota dan juga gedung-gedung pencakar langit.
Sebagai contoh kecil, di berbagai gedung tinggi di China, tidak ada yang namanya lantai 13 dan 14. Menurut kepercayaan mereka, kedua angka tersebut tidak membawa hoki. Di Barat, angka 13 juga dianggap angka sial. Demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Kalau kita perhatikan nomor-nomor di dalam lift gedung-gedung tinggi dunia, Anda tidak akan jumpai lantai 13. Biasanya, setelah angka 12 maka langsung ‘loncat’ ke angka 14. Atau dari angka 12 maka 12a dulu baru 14. Fenomena ini terdapat di banyak negara dunia, termasuk Indonesia.

Mengapa angka 13 dianggap angka yang membawa kekurang-beruntungan? Sebenarnya, kepecayaan tahayul dan aneka mitos yang ada berasal dari pengetahuan kuno bernama Kabbalah. Kabalah merupakan sebuah ajaran mistis kuno, yang telah dirapalkan oleh Dewan Penyihir tertinggi rezim Fir’aun yang kemudian diteruskan oleh para penyihir, pesulap, peramal, paranormal, dan sebagainya—terlebih oleh kaum Zionis-Yahudi yang kemudian mengangkatnya menjadi satu gerakan politis—dan sekarang ini, ajaran Kabbalah telah menjadi tren baru di kalangan selebritis dunia.

Bangsa Yahudi sejak dahulu merupakan kaum yang secara ketat memelihara Kabbalah. Di Marseilles, Perancis Selatan, bangsa Yahudi ini membukukan ajaran Kabbalah yang sebelumnya hanya diturunkan lewat lisan dan secara sembunyi-sembunyi. Mereka juga dikenal sebagai kaum yang gemar mengutak-atik angka-angka (numerologi), sehingga mereka dikenal pula sebagai sebagai kaum Geometrian.

Menurut mereka, angka 13 merupakan salah satu angka suci yang mengandung berbagai daya magis dan sisi religius, bersama-sama dengan angka 11 dan 666. Sebab itu, dalam berbagai simbol terkait Kabbalisme, mereka selalu menyusupkan unsur angka 13 ke dalamnya. Kartu Tarot misalnya, itu jumlahnya 13. Juga Kartu Remi, jumlahnya 13 (As, 2-9, Jack, Queen, King).
Penyisipan simbol angka 13 terbesar sepanjang sejarah manusia dilakukan kaum ini ke dalam lambang negara Amerika Serikat. The Seal of United States of America yang terdiri dari dua sisi (Burung Elang dan Piramida Illuminati) sarat dengan angka 13. Inilah buktinya:-13 bintang di atas kepala Elang membentuk Bintang David. -13 garis di perisai atau tameng burung. -13 daun zaitun di kaki kanan burung. -13 butir zaitun yang tersembul di sela-sela daun zaitun. -13 anak panah. -13 bulu di ujung anak panah. -13 huruf yang membentuk kalimat ‘Annuit Coeptis’-13 huruf yang membentuk kalimat ‘E Pluribus Unum’-13 lapisan batu yang membentuk piramida. -13 X 9 titik yang mengitari Bintang David di atas kepala Elang.
Selain menyisipkan angka 13 ke dalam lambang negara, logo-logo perusahaan besar Amerika Serikat juga demikian seperti logo McDonalds, Arbyss, Startrek. Com, Westel, dan sebagainya. Angka 13 bisa dilihat jika logo-logo ini diputar secara vertikal. Demikian pula, markas besar Micosoft disebut sebagai The Double Thirteen atau Double-13, sesuai dengan logo Microsoft yang dibuat menyerupai sebuah jendela (Windows), padahal sesungguhnya itu merupakan angka 1313.

Uniknya, walau angka 13 bertebaran dalam berbagai rupa, bangsa Amerika rupa-rupanya juga menganggap angka 13 sebagai angka yang harus dihindari. Bangunan-bangunan tinggi di Amerika jarang yang menggunakan angka 13 sebagai angka lantainya. Bahkan dalam kandang-kandang kuda pacuan demikian pula adanya, dari kandang bernomor 12, lalu 12a, langsung ke nomor 14. Tidak ada angka 13.

Kaum Kabbalis sangat mengagungkan angka 13, selain tentu saja angka-angka lainnya seperti angka 11 dan 666. Angka ini dipakai dalam berbagai ritual setan mereka. Bahkan simbol Baphomet atau Kepala Kambing Mendez (Mendez Goat) pun dihiasi simbol 13. Itulah sebabnya angka 13 dianggap sebagai angka sial karena menjadi bagian utama dari ritual setan.(Rz)
(this article was taken from milis UCC@yahoogroups.com)

Thursday, January 04, 2007

Depresi Picu Beragam Keluhan Fisik

Depresi Picu Beragam Keluhan Fisik
Dari Pusing Sampai Sesak Napas
Jika dibiarkan, beragam keluhan fisik itu akan menggiring penderita depresi pada kondisi yang membahayakan.

Depresi adalah suatu gangguan serius yang diderita jutaan orang di seluruh dunia. Depresi bisa membuat Anda merasa bersalah tanpa alasan. Depresi pun bisa membuat Anda merasa tidak berguna, meski Anda telah melakukan apa saja yang menurut Anda adalah yang terbaik. Depresi juga bisa menyebabkan Anda tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya Anda sukai.

Tak hanya itu. Depresi juga bisa memunculkan berbagai keluhan fisik. Bahkan, ketika pertama kali datang ke dokter, penderita depresi umumnya datang dengan beragam keluhan fisik. Sebut saja misalnya merasa lelah, sulit tidur (insomnia), nyeri, mual, atau gejala fisik lainnya. Jarang sekali penderita depresi yang datang ke dokter lalu berkata,''Saya depresi,'' atau ''Ada yang tidak beres dengan mental saya.''

Hal itu pula yang pernah terjadi pada Murni (sebut saja demikian), ibu rumah tangga berusia 48 tahun. Murni memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan, yang masih duduk di bangku kuliah. Sang suami berusia 52 tahun dan bekerja sebagai karyawan golongan menengah di sebuah BUMN. Murni bilang, hubungan ia dan suaminya cukup harmonis, begitu pun dengan kedua anaknya.

Namun sejak enam bulan terakhir, ia seringkali sulit tidur, atau kerap terbangun bila sedang tidur. Sering pula berdebar-debar dan keluar keringat dingin. Pada saat yang sama, Murni juga mudah tersinggung, sering uring-uringan, juga malas keluar rumah karena merasa dirinya tidak cantik lagi. Sejak enam bulan terakhir ini pula, siklus menstruasinya kacau. ''Saya juga sering mengalami sakit berlebihan pada perut bagian bawah ketika sedang haid. Padahal sebelumnya tidak begitu,'' katanya.
Dari keluhan yang ia rasakan, datanglah Murni ke dokter spesialis kandungan. Apa kata dokter? Dokter kandungan itu menyatakan, Murni mengalami sindroma perimenopause. Selesai? Ternyata belum. Dokter kandungan ini menyarankan Murni untuk berkonsultasi ke psikiater. Di sinilah, Murni didiagnosis menderita depresi pada perimenopause.

Begitulah, depresi memang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan dapat menyebabkan timbulnya berbagai keluhan fisik. Keduanya saling berhubungan. Banyak keluhan fisik yang bersumber dari depresi, demikian pula sebaliknya. Penelitian lebih dari dua dekade terakhir menunjukkan, depresi dan penyakit jantung merupakan 'kawan' yang saling berkaitan. Lebih buruk lagi, depresi dapat menyebabkan penyakit jantung, demikian pula sebaliknya. Bukan rahasia lagi, depresi merupakan faktor risiko timbulnya penyakit jantung, selain tingginya kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah tinggi.

Apa itu Depresi?
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Dalam pandangan dokter Danardi Sosrosumihardjo SpKJ(K), koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), depresi adalah fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana perasaan internal ataupun eksternal individu tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi. Beragam faktor itu ada yang berasal dari dalam diri sendiri seperti hormon, zat kimia di otak yang dikenal dengan neurotransmiter, faktor genetik, dan faktor lingkungan (tekanan kehidupan). Faktor-faktor itu bisa terjadi bersamaan, tetapi bisa juga sendiri-sendiri.
Banyak hal, menurut Danardi, yang bisa membuat seseorang merasa tertekan. ''Misalnya saja, putus cinta, pola asuh yang penuh dengan keharusan, terisolasi dari pergaulan sosial, perubahan hidup yang besar (semisal: semula kaya tiba-tiba menjadi miskin), atau kesulitan keuangan,'' kata psikiater kelahiran Yogyakarta pada 19 September 1951 ini. Depresi juga mudah menyerang orang-orang dengan tipe kepribadian tertentu seperti orang yang mudah khawatir, rendah diri, sensitif, pemalu, tidak asertif, dan perfeksionis.
Pada perempuan, faktor hormonal ikut mendorong terjadinya depresi. ''Coba perhatikan kaum wanita, setiap kali menjelang menstruasi biasanya mudah marah atau uring-uringan. Begitu juga setelah melahirkan, tak jarang wanita mengalami depresi pasca melahirkan,'' kata Danardi yang sejak 1997 menjabat sebagai kepala Divisi Psikiatri Adiksi Departemen Psikiatri FKUI. Akibat pengaruh hormonal ini pula, tak sedikit wanita yang mengalami depresi menjelang menopause, seperti dialami Murni.
Selain itu, kaum wanita di perkotaan, terutama yang berkarier di luar rumah, juga lebih rentan terserang depresi dibandingkan pria. Mengapa? ''Karena mereka (wanita) menanggung beban ganda. Mereka harus bekerja di luar rumah dengan tekanan yang tidak ringan, tapi pada saat yang sama mereka dituntut dapat mengurus rumah tangga dengan baik.'' Dari sisi genetik, depresi lebih mudah menyerang seseorang yang kedua orang tuanya juga menderita depresi.
Keluhan fisik memperburuk kondisi penderita
Seperti penyakit lainnya, depresi pun menunjukkan gejala-gejala pada penderitanya. Gejala depresi, seperti diterangkan dr Syailendra Wijaya Sajarwo SpKJ, spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, berupa: hilang minat dan menarik dari aktivitas sehari-hari, merasa sedih atau murung, rasa lelah, sulit tidur, nafsu makan hilang atau berlebihan, sulit konsentrasi, bahkan ingin mengakhiri hidup (bunuh diri). ''Penderita juga mudah tersinggung, mudah marah, muncul rasa bersalah, rasa tak berharga, dan pikiran-pikiran pesimistik,'' lanjut psikiater yang juga bertugas di Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta ini.
Selain itu, sebanyak 50 persen hingga 69 persen penderita depresi juga merasakan gejala-gejala fisik. Keluhan-keluhan fisik itu sangat beragam seperti: sakit kepala, pusing, vertigo, mual, kembung, perut perih, diare, muntah, jantung berdebar, nyeri dada, berkeringat dingin, sesak napas, dan rasa seperti tercekik. ''Penderita juga bisa mengalami gangguan seksual, juga gangguan pada sistem syaraf otonom.''
Mungkin Anda bertanya, bagaimana depresi bisa menimbulkan keluhan-keluhan fisik itu? Mengenai hal ini, Danardi menjelaskan, depresi akan mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh kita. ''Hormon serotonin dan dopamin-nya akan terganggu,'' katanya. Pada orang yang depresi dan cemas, adrenalin juga meningkat. Ini akan meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh. Pada saat yang sama, seseorang yang didera depresi juga cenderung berperilaku buruk seperti makan tidak teratur, merokok, mengonsumsi alkohol dan zat berbahaya lainnya. Semua ini akan mendorong munculnya berbagai keluhan fisik yang telah disebutkan tadi.
Lebih lanjut Danardi menjelaskan, keluhan fisik akibat depresi sebenarnya bisa dibedakan dengan keluhan fisik yang diakibatkan penyakit fisik. Danardi kemudian mengambil contoh jika penderita mengeluh nyeri. Nyeri yang diakibatkan penyakit fisik, kata Danardi, biasanya terasa tajam, lokasi nyeri menetap dalam jangka waktu yang panjang. ''Lain halnya dengan nyeri karena depresi yang biasanya pindah-pindah, rasanya tidak bisa dijelaskan (terkadang seperti tertarik, kadangkala seperti tertusuk), tidak tajam, dan ada stresor yang mengawali keluhan ini.''
Timbulnya beragam keluhan fisik pada penderita depresi sudah barang pasti akan memperberat kondisi jiwanya. Gejala depresinya akan bertambah berat. Jika dibiarkan, ini akan menjadi lingkaran setan yang bisa menggiring penderita pada kondisi kronis dan berbahaya. hid
(this article was taken from www.republika.co.id)

Google Translate

Adventist News Network

ReliefWeb: Latest Vacancies (in UN--United Nations)