Showing posts with label Contemplation. Show all posts
Showing posts with label Contemplation. Show all posts

Sunday, December 21, 2008

Hospital tanpa Hospitality

18/12/2008 18:54
Hospital tanpa Hospitality
M. Ichsan Loulembah

DALAM tiga bulan belakangan, saya mondar-mandir ke sejumlah rumah sakit. Di Palu, ayah saya dirawat beberapa waktu, hingga akhirnya ia minta dikeluarkan dari rumah sakit utama milik pemerintah, menjelang Lebaran tahun ini.

Di Jakarta, tiga kerabat dekat (adik ipar perempuan, mertua laki-laki dan mertua perempuan) dan putri bungsu, membuat saya memiliki cukup waktu mengamati denyut berbagai rumah sakit. Berikut sekadar catatan dan kesan saya.

Pertama, secara medik, para dokter dan paramedis kita kemampuannya telah lumayan. Terbukti, putri saya berangsur pulih setelah ditangani oleh para juru rawat beserta dokter spesialis.

Di berbagai rumah sakit bahkan diadakan simposium, workshop, seminar, diskusi sampai talk show terkait perkembangan metode dan teknologi kesehatan mutakhir.

Kedua, penataan ruang (baik interior maupun exterior, termasuk berbagai fasilitas penunjang) masih terlalu kaku. Ini meneguhkan kesan angker. Dan, penataan ruang dan wajah arsitektural kaku serta seadanya (untuk tidak menggunakan kata sembarangan) bertalian dengan peluang sehat atau tidaknya penderita.

Betapa sempitnya ruang-ruang di rumah sakit. Toilet (kecuali di beberapa rumah sakit swasta mahal), baik untuk umum maupun kamar rawat inap, tidak terurus secara optimal. Lift yang kusam. Tempat parkir yang ruwet. Tempat penjual minuman, makanan, atau penganan yang penataannya menjauhi estetika.

Ketiga, komersialisasi berlebihan yang memanfaatkan keawaman pasien dan keluarganya. Petugas medis dan staf nonmedis jamak memberikan pilihan memojokkan.

Alih-alih mencari jalan keluar yang efektif, apatah lagi efisien; keluarga pasien lebih merasa ditakut-takuti ketimbang dinasihati. Rentetan nasihat mereka lebih terdengar sebagai jalan buntu ketimbang jalan keluar. Bahkan, ada rumah sakit yang melarang keluarga pasien membawa perlengkapan tidur saat menjaga; karena mereka menyewakannya.

Yang disajikan sejumlah kemungkinan berujung pada aneka jenis layanan (medik ataupun nonmedik), ujungnya terkait dengan naiknya pembiayaan. Jika keluarga pasien terlihat menimbang-nimbang, mereka tak segan menjelaskan aspek-aspek yang menakutkan jika saran tersebut tidak diambil. Sambil menutupnya dengan kalimat, "Kami tidak bertanggung jawab jika situasinya memburuk lho!".

Sekilas, apa yang mereka paparkan terkesan membantu dan bertanggung jawab. Namun, jika dilihat dari sudut keluarga pasien, hal itu gabungan antara lepas tangan dan pemojokan. Kemungkinan dalam kemampuan membayar akan ditelisik dengan rincian yang terlatih dan sempurna.

Rangkaian proses administrasi (bisa dibaca sebagai aktivitas bayar-membayar) berlangsung dalam nuansa transaksi yang kering dan ketat. Sulit membedakannya dengan transaksi di sektor perdagangan atau jasa lainnya.

Terkait dengan kenyataan itu, poin keempat dari kondisi faktual rumah sakit kita adalah merosotnya derajat ketulusan dan keramahan.

Betapa kering senyum mereka (bahkan ketus bagi penghuni kamar rawat murah) saat memeriksa tekanan darah, menanamkan/menyabut jarum infus, memberi obat, dsb. Di beberapa tempat, jika menegur pengunjung, bagian pengamanan segalak satpam bank.

Padahal, inti dari pengelolaan rumah sakit adalah ketulusan dan keramahan. Bukankah proses penyembuhan dan penyehatan tidak semata ditentukan oleh obat, ketrampilan, dan teknologi medis? Apa jadinya hospital tanpa hospitality?

Penulis adalah Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI [L1]

Saturday, November 08, 2008

Cinta Suami, Sadarkan Perempuan Koma 30 Tahun

Cinta Suami, Sadarkan Perempuan Koma 30 Tahun
Sabtu, 8 November 2008 | 09:03 WIB

BEIJING, SABTU - Seorang perempuan sadar dari koma selama 30 tahun berkat cinta yang tak tergoyahkan dan perawatan telaten suaminya di E'zhou, provinsi Hubei.

Para dokter percaya cinta Chen Dulin, yang baru-baru ini terpilih sebagai salah seorang suami teladan di provinsi tersebut, telah menolong Zhao Guihua sadar dari koma panjangnya.

Paru-paru, jantung dan tekanan darah Zhao stabil setelah ia menjalani pemeriksaan menyeluruh.

Zhao jatuh koma setelah satu kecelakaan tiga dasawarsa lalu, tapi Chen tak pernah putus asa buat istrinya dan merawatnya di rumah setelah sang istri menjalani dua operasi.

Sejak itu, Chen telah telah menggunakan alat penyemprot dan pipa plastik untuk memasukkan susu, kue dari telur dan makanan cair lain ke dalam perut Zhao.

Kini, Chen, yang sudah berusia 77 tahun, tetap mengutarakan cinta kepada istrinya setiap hari.
ABD
Sumber : Antara

Tuesday, November 27, 2007

The 15 Percent Solution

The 15 Percent Solution

You've heard it before and so have I: the average person only uses 10 percent of their brain. This means as you go through your daily activities on average you only use 10 percent of your mental capacities. Can you imagine how much more you could accomplish if you could use more of your brain?

I'm not asking you to use 90 percent, but how about 15 percent?

How much more could you accomplish if you were using 15 percent of your brain on a consistent and persistent basis? Could you do better assessments? Could you provide better care? Would you be better equipped to evaluate your treatments and avoid complications in your patients? I think most of us would.

But how do you squeak out another 5 percent if you are using only 10 percent of your brain and you feel like you’re using a lot. You’re stressed and at times you go home mentally exhausted. How can you squeeze that extra 5 percent out?

I believe the key lies in your knowledge base. The greater your knowledge base, the more information you have to go back to. The greater your knowledge base, the more connections you find between concepts. And the greater your knowledge base, the more creativity you can use in finding solutions to complex problems. So read, observe, pay attention, keep an open mind and be receptive to learning. Remember that there's plenty of room for extra potential and strive for a little more, just 15 percent.

15 percent of your mental capability is 50 percent more than you've been using. Your assessments would be 50 percent better. Your interventions would be 50 percent better. Your ability to respond in a crisis would be 50 percent better. That's a big jump for a little bump in brain power.

So how do you go about achieving this lofty 15 percent? The first step is to learn something new today. Learn something new every week. I use what I call the idea quota; I require myself to come up with one new idea every week. It maintains my creativity and it keeps me looking for unique and innovative solutions all the time. You could do the same thing with your care by making a creativity quotient or an idea quota for every week. Require yourself to learn something new every week. Come up with a new idea every week and you'll find that your brain power is expanding and before you know it you'll be up to your 15 percent which would dramatically improve your outcomes.

Best wishes,
David W. Woodruff, MSN, RN, CNS

President, Ed4Nurses, Inc.
www.Ed4Nurses.com

Opportunity is all around us

Opportunity is all around us

For me the ground is too close, the walls are too close, but the sky is endless. I think this is also true of opportunity. Opportunity is all around us if we can only see it; but many times we spend too much time looking at the walls and the ground and not enough time looking up to the open sky.

As this pertains to goal setting, you might find that you are hesitant to make large goals because of the limitations that are right around you. When you look up, you can see that the possibilities are endless and that the goals that you achieve in your life can be endless as well. To go up, you must look up.

If you want better health, more opportunities and greater prosperity in your life, stop looking around at the limitations next to you, and below you, and start looking up at the endless opportunities that really exist. You are an incredible being born into a time of limitless opportunity. Look up to see the vastness of opportunity and abundance that really surrounds you.

To your success,
David W. Woodruff, MSN, RN
President, Ed4Nurses, Inc.
www.Ed4Nurses.com

Empowerment for Nurses

Empowerment for Nurses

October 27, 2007

Nurses have incredible power; but few realize it and even fewer use it to improve care and to help their patients. Empowerment is not a gift that someone gives you. Rather it is a gift you give yourself by realizing the excellence you already have, embracing it, and developing it further.

Your clinical practice will improve. By recognizing the excellence that others have, it will help patient care in general improve. Nurses are the only caregiver that is at the bedside 24 hours a day, 7 days a week. Nurses are also the largest body of employees in any hospital system. For these two reasons alone nurses have incredible power. For six of the last seven years the Gallup Poll has listed nurses as being the most ethical and trusted profession. Nurses are respected by their patients and by society.

So why is it that so many nurses feel disempowered?

I believe it is because most nurses do not embrace, develop, or use the incredible power they have for the good of the healthcare system. Empowerment comes from recognizing those things you do well, embracing them and wanting to validate and do them better. To “Embrace your Excellence” means to recognize what you do well and what your peers do well and to encourage your peers to embrace and develop those things that they excel at. Imagine what healthcare would be like if nurses embraced their excellence, developed it further and used their incredible power to change the healthcare system for the better. Could we solve the problems that we face in healthcare today? I think we could.

Nurses are an incredibly intelligent, creative and empathetic group of people who could come up with unique and powerful solutions to the problems we face today.

Embrace your excellence!

“Get out there and give real help!
Get out there and love!
Get out there and testify!
Get out there and create whatever you can to inspire people to claim their divine being and origin.
This is what has to be done now.
There is no time, there has never been any time for dallying and being depressed."
-Mother Teresa

Best wishes,
David W. Woodruff, MSN, RN, CNS
President, Ed4Nurses, Inc.
www.Ed4Nurses.com

Wednesday, November 21, 2007

The power of low-tech nursing

The power of low-tech nursing

Source: RN
By: Jennifer L.W. Fink, RN, BSN
Originally published: June 1, 2005

Emily looked up at me, her eyes filled with pain.

"I don't have much longer, do I?" she asked, her thin voice wavering.

I watched a single tear trace the deeply creased line of her cheek. I shook my head No. Emily had metastatic liver cancer, and the end was near.

"That's what I thought," she replied. Her entire body began to shake as silent sobs overtook her.
I reached out to touch her hand. She grasped it so tightly that my wedding ring dug into my flesh. Feeling her need, I asked, "Emily, can I hug you?" She nodded. I wrapped my arms around her, and she buried her head in my shoulder. Her thin arms clutched me tightly. As I held her, I felt her fear, pain, and suffering mix with my sense of frustration and helplessness. After several minutes, she asked for a tissue.


"Thank you," she said as she dabbed the corners of her eyes. "You don't know how much that meant to me."

In my 10 years as a med/surg nurse, I came to realize that many of the most important nursing skills are not learned in the classroom. The skills patients value most are not a superb nursing assessment or a flawless IV insertion technique (though they of course benefit from such skills). Instead, patients are most impressed by our care when we show them we're human, by listening to them, attending to them, and touching them. Twenty-first century healthcare may be a high-tech world, but sometimes a low-tech approach works best.

How "being there" helps patients What I call "low-tech nursing" actually means being there for your patients, physically and emotionally. It encompasses—among other things—touch and conversation.

Research has shown that touching patients has several benefits. One study found that patients whose hands were held during cataract surgery reported less anxiety and had lower blood epinephrine levels than those who underwent cataract surgery without hand-holding.1 Another study found that elderly female nursing home residents who received comforting touch—touch intended to reassure, calm, or encourage them—showed an improvement in their assessments of their self-esteem, well-being, health status, life satisfaction, and faith.2 Touch has also been found to positively affect patients' attitudes to ward their nurses.3

In addition, simply talking and listening helps. Patients often welcome the opportunity to express their worries and concerns.4 For some patients, a conversation with their nurse may be the only social interaction they have all day. Speaking with a patient—even about the weather—is a way of being there for him.

I once cared for an 80-year-old woman recovering from lower leg cellulitis. When I entered her room, she was alone and sitting in bed with her head down. I introduced myself and asked about her leg, her recovery, and her family. I looked at pictures of her newest grandchild. We talked for about 10 minutes. By then, her head was up and she was smiling. "You know, you're the best nurse I've had yet," she told me. I hadn't even touched her!

Overcoming barriers to low-tech care For some nurses, touching and talking to patients doesn't come naturally. They may hesitate to touch patients, particularly those of the opposite sex, for fear of being accused of inappropriate behavior. The threat of sexual harassment has led some institutions to implement policies that severely restrict how and when nurses can touch patients. In some cases, too, nurses may limit their personal interaction with patients out of concern for maintaining appropriate professional boundaries.

Another barrier to practicing low-tech nursing is a healthcare system that focuses on cure rather than comfort.4 And short-staffing, coupled with heavy workloads, leaves little time to connect with patients.

But connecting with patients is crucial and does not have to take a lot of time. One study found that nurses were able to increase nursing home residents' outlook on not just their health but life in general with only 10 minutes of touch a week.2

Complete article

Friday, October 26, 2007

Catatan Harian Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.

Di antara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang di tempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang di sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh di meja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah. Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia bercerita bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa di mata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi di luar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi.Dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, “kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,” dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja di lapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.
(article copied from a blog)

Wednesday, October 24, 2007

Kiat Sukses: Stubborn Menghadapi Kegagalan

Kiat Sukses: Stubborn Menghadapi Kegagalan

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-
galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (2Kor 4:8, 17)

Untuk sukses perlu satu modal sikap yang disebut Stubborn. Kadang kata ini diterjemahkan sebagai keras kepala. Tapi bisa juga diterjemahkan sebagai „bandel". Seperti kalimat „mesinnya bandel". Menurut Kamus Webster artinya menolak untuk menyerah pada kesulitan.

Orang yang stubborn, sekalipun menghadapi kegagalan, selalu bangkit untuk mencoba kembali.

Orang yang terkenal yang sering dipakai untul ilustrasi hal ini biasanya adalah Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16 dan yang pertama dari Partai Republik. Memang hidupnya tidak pernah berhenti menjadi inspirasi bagi mereka yang langganan gagal.

12 Feb 1809 – Abraham Lincoln lahir di Nolin Creek, Kentucky
1832 – Dikalahkan dalam pemilihan legislatif lokal. Toko tempat dia bekerja bangkrut
1833 – Mencoba bisnis sendiri namun mengalami kebangkrutan dan memiliki banyak hutang
1835 – Tunangan meninggal dunia, partner bisnis meninggal dan hutangnya bertambah banyak
1836 – Mengalami Nervous breakdown
1837 – Melamar untuk menikahi Mary Owens, tapi cintanya ditolak
1843 – Dikalahkan dalam pemilihan untuk U.S Congress
1848 – Dikalahkan dalam pemilihan untuk U.S Congress
1855 – Dikalahkan dalam pemilihan U.S Senat
1856 – Dikalahkan dalam pemilihan untuk U.S Vice President
1858 – Dikalahkan dalam pemilihan U.S Senat
1860 – Abraham Lincoln, berhasil Menjadi Presiden USA

Luar biasa bukan? Gagal 10 kali namun selalau bangkit. Sampai akhirnya berhasil dan menjadi legenda.

Saudaraku, orang yang pesimis melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Tapi orang yang kuat dan stubborn melihat kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda. Melihat kegagalan sebagai batu lonjakan untuk pencapaian yang lebih tinggi. Seperti Rasul Paulus. Beliau menganggap penderitaan yang besar sebagai penderitaan yang ringan. Karena melihat bahwa penderitaan itu sedang mengerjakan kemuliaan yang lebih besar yang menanti.

Wah luar biasa. Sangat menghibur. Sangat menguatkan. Juga membangkitkan fighting spirit kita.

Jadi apapun yang anda hadapi hari ini. Ketahuilah bahwa semua orang sukses juga mengalami kesulitan dan kegagalan seperti ini.

Bedanya ?

Bedanya mereka tidak menyerah dan selalu bangkit kembali.

Bangkit dan kemudian berusaha lagi mengejar mimpi mereka..... Dan dengan pertolongan Tuhan Yesus, kita pasti akan berhasil.

All blessings,
Binsar

ps: anda bisa membaca artikel Kiat Sukses yang ber-ilustrasi di
http://binsar.blogspot.com/

Friday, September 07, 2007

Belajar dari Paulo Coelho

Kiat Sukses: Belajar dari Paulo Coelho

Saya sudah lama mendengar tentang Paulo Coelho, tapi belum sempat untuk membeli dan membacanya sampai beberapa hari yang lalu. Buku yang paling terkenal tentu saja The Alchemist, yang menceritakan perjalanan anak muda bernama Santiago dalam mencapai cita-citanya atau yang disebut Legenda Pribadi (Personal Legend). Buku ini disukai jutaan orang di dunia karena dengan cara yang sederhana mampu memberi inspirasi bagi mereka yang ingin mengejar impiannya. Pantas saja buku ini terjual 30 juta copy dan sudah diterjemahkan kedalam 60 bahasa.

Saya membaca kisah hidup pak Paulo dan menemui bahwa hidupnya sendiri adalah suatu perjalanan yang tidak mudah.

Paulo Coelho bercita-cita menjadi penulis sejak berumur belasan tahun. Namun orang tuanya menganggap profesi itu tidak bagus bagi martabat keluarga dan memaksa dia menjadi seorang insinyur. Bahkan karena Paulo muda berkeras dengan cita-citanya, orang tuanya memaksa memasukkan dia kerumah sakit jiwa! Sampai dua kali dia dimasukkan kesana dan diterapi listrik supaya kembali "sadar" dan mau berubah pikiran. Minta ampun.

Paulo sempat meninggalkan cita-citanya ini dan bekerja dalam berbagai bidang termasuk sebagai executive di perusahaan rekaman. Sampai ketika dia hampir berusia 40 tahun dia diingatkan akan panggilannya melalui suatu pengalaman pribadi yang membuat dia memutuskan untuk melakukan napak tilas perjalanan Santiago dari Perancis ke Spanyol yang mengubahkan hidupnya.

Dia kemudian menuliskan pengalaman rohani yang dia dapatkan dalam perjalanan ini dalam buku The Pilgrimage yang sempat dibukukan namun tidak terlalu sukses. Setahun kemudian dia menulis The Alchemist yang juga hanya terjual 900 copy dan ditolak untuk dicetak ulang oleh penerbitnya. Paulo tidak putus asa dan dia menemukan penerbit lain yang bersedia mencetak buku tersebut. Selanjutnya adalah sejarah. Karena buku tersebut meledak di Brazil, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan meledak juga. Sehingga sampai sekarang sudah terjual 30 jutaan copy. Paulo kemudian menjadi penulis terkenal yang sampai sekarang sudah menjual 100 juta copy dalam berbagai judul yang dijual di 150 negara dan dalam 60 bahasa. Luar biasa!

Kembali suatu pengalaman hidup seseorang yang mampu mencapai cita-citanya karena berani meninggalkan comfort zone dan mengambil resiko ketidakpastian asalkan dia bisa mencoba menjalani apa yang ditaruhkan dalam hatinya.

Di buku The Alchemist dia menuliskan bahwa bila kita memutuskan untuk mengejar cita-cita kita, maka .... all the universe conspires in helping you to achieve it. Seluruh alam semesta akan berkonspirasi untuk menolong kita mencapai cita-cita kita itu. Wah Indah sekali!

Sebetulnya itu bukan hal yang baru sebab Alkitab mengatakan:
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rom 8:28)

Atau dalam bahasa Inggrisnya:
And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are the called according to his purpose.

Apakah anda memiliki sesuatu yang tersimpan dalam hatimu sejak lama ? Suatu panggilan. Suatu cita-cita. Sesuatu yang sudah
terpendam sekian lama?

Tidak pernah terlambat untuk memulai perjalanan mencapai panggilanmu itu hari ini. Karena saat engkau mulai melangkah,... all the universe conspires in helping you to achieve it.

All blessings,
Binsar

ps: anda bisa membaca artikel Kiat Sukses yang ber-ilustrasi di
http://binsar.blogspot.com/

(copied from a milis @yahoogroups)

Makna dari Pekerjaan Kita

Selamat menjelang SABAT,


Makna dari Pekerjaan Kita

Beberapa waktu yang lalu saya memiliki kesempatan untuk menginap selama beberapa hari di sebuah hotel berbintang lima di Singapura dalam rangka perjalanan dinas. Selama tinggal di hotel tersebut ada yang sangat menarik bagi saya, bukan karena pelayanan atau kemewahan dari hotel berbintang lima tersebut, melainkan pekerjaan dari salah satu karyawan hotel.

Sebut saja Pak Lim nama'nya, seorang pria berusia 60 tahunan dan bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangat monoton dan membosankan. Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar, dia memeriksa engsel pintu setiap kamar hotel.

Saya akan menceritakan sedikit bagaimana tugas Pak Lim yang sesungguh'nya. Pak Lim memulai rangkaian tugas'nya dengan memeriksa engsel pintu pintu kamar 1001 dan memastikan bahwa engsel dan fungsi kunci pintu berfungsi dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan'nya bukanlah pemeriksaan yang "seada'nya" saja, namun pemeriksaan yang dilakukan dengan seksama dan menyeluruh pada setiap engsel serta memastikan bahwa setiap pintu dapat dibuka-tutup tanpa masalah.

Untuk memeriksa satu pintu saja, Pak Lim berulang kali membuka dan menutup pintu tersebut hanya untuk memastikan bahwa semua'nya sudah berfungsi dengan baik. Barulah setelah puas, dia membubuhkan paraf pada daftar yang dibawa'nya dan memeriksa pintu kamar berikut'nya, kamar 1002, dia melakukan hal yang sama, begitulah seterus'nya. Dalam sehari, Pak Lim dapat memeriksa engsel pintu di 30 kamar.

Anda tentu bertanya, berapa hari waktu yang dibutuhkan Pak Lim untuk memeriksa pintu semua kamar di hotel itu, kurang lebih sebulan…!!! Tidak mengejutkan sebenar'nya karena hotel berbintang lima tersebut memiliki sekitar 600 kamar.

Tugas pemeriksaan Pak Lim dapat diibaratkan sebagai lingkaran, setelah pintu kamar terakhir selesai di periksa, Pak Lim akan kembali lagi ke kamar pertama, kamar 1001. Rangkaian tugas ini terus berjalan seperti itu, dari hari ke hari, bulan ke bulan hinga tahun demi tahun. Pekerjaan semacam ini jelas merupakan pekerjaan yang monoton, tanpa variasi dan sangat membosankan!!! dan saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Pak Lim masih dapat dengan cermat dan teliti memeriksa setiap engsel pintu dalam menjalani tugas yang membosankan ini. Saya membayangkan, seandai'nya saja saya sendiri yang diminta melakukan tugas semacam ini, mungkin saya akan memeriksa setiap engsel dengan sekedar'nya saja.

Karena sangat penasaran, saya bertanya kepada Pak Lim apa yang sebenar'nya membuat'nya begitu tekun menjalani pekerjaan rutin itu. Jawaban'nya sungguh diluar dugaan saya dan dengan lantang dia mengatakan, "Anak muda, dari pertanyaan anda, saya bisa menyimpulkan bahwa anda tidak memahami pekerjaan saya. Pekerjaan saya bukan sekedar memeriksa engsel, tetapi lebih dari itu. Begini anak muda… tamu-tamu kami di hotel berbintang lima ini jelas bukan orang sembarangan, mereka biasa'nya adalah Kepala Keluarga, CEO sebuah perusahaan, Direktur atau juga Manajer Senior. Dan saya tahu mereka semua jelas bertanggung jawab atas kehidupan keluarga mereka, dan juga banyak karyawan dibawah'nya yang jumlah'nya mungkin 20 orang, 100 atau bahkan hingga ribuan orang.

"Nah, bila sesuatu yang buruk terjadi di hotel ini, misal'nya saja kebakaran atau gempa dan pintu tidak dapat dibuka dengan baik karena engsel'nya rusak, mereka mungkin saja dapat meninggal di dalam kamar dan akibat'nya dapat anda bayangkan, pasti sangat mengerikan, bukan hanya untuk reputasi hotel ini, tetapi juga bagi keluarga mereka, karyawan yang berada dibawah tanggungan mereka. Keluarga mereka akan kehilangan sosok Kepala Keluarga yang menafkahi mereka dan karyawan mereka akan kehilangan sorang pimpinan senior yang bisa jadi mengganggu kelancaran perusahaan. Sekarang anda mungkin dapat mengerti bahwa tugas saya bukan sekedar memeriksa engsel, tapi menyelamatkan Kepala Keluarga dan Pimpinan unit bisnis sebuah perusahaan. Jadi, jangan meremehkan tugas saya".

Saya benar-benar terperangah mendengar penjelasan panjang lebar Pak Lim. Dari situlah saya mengerti bahwa jika seseorang tahu benar apa makna dibalik pekerjaan'nya, dia akan melakukan pekerjaan'nya dengan bangga, dengan senang hati dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Sebalik'nya, seandainya saja Pak Lim tidak memahami makna pekerjaan'nya, dia akan mengatakan bahwa tugas'nya hanya sebagai tukang periksa engsel.

Sekarang, coba tanyakan pada diri anda sendiri. Apakah anda tahu benar apa makna dibalik pekerjaan anda?
Katakanlah anda adalah seorang Staff, Kepala Bagian, Manajer dari suatu Department, apakah anda tahu makna dibalik pekerjaan anda sebagai seorang Staff, Kepala Bagian atau Manajer?

Ingatlah bahwa jika seseorang tahu makna dari pekerjaan'nya, dia pasti akan melakukan pekerjaan dengan rasa bangga, dan yang terpenting, dia akan membuat pekerjaan'nya penuh arti, bagi diri'nya, bagi keluarga'nya dan bagi perusahaan'nya.

APAPUN PEKERJAAN KITA, ALANGKAH INDAH'NYA BILA SEMUA PEKERJAAN YANG KITA LAKUKAN SELALU MEMILIKI DASAR TUJUAN UNTUK TUHAN DAN SESAMA BUKAN HANYA UNTUK PERASAAN DAN KEPUASAN DIRI SENDIRI.

YULIUS PURWANTO - Jemaat IPH
International SOS - Jakarta
Training Department
Phone: 021-7505973, Ext- 8726
Mobile: 08122398783


(copied from ucc@yahoogroups.com)

Wednesday, December 27, 2006

36 CHRISTIAN WAYS TO REDUCE STRESS

36 CHRISTIAN WAYS TO REDUCE STRESS

An Angel says, "Never borrow from the future. If you worry about what may happen tomorrow and it doesn't happen, you have worried in vain. Even if it does happen, you have to worry twice."
1. Pray
2. Go to bed on time.
3. Get up on time so you can start the day unrushed.
4. Say No to projects that won't fit into your time schedule or that will compromise your mental health.
5. Delegate tasks to capable others.
6. Simplify and uncluttered your life.
7. Less is more. (Although one is often not enough, two are often too many.)
8. Allow extra time to do things and to get to places.
9. Pace yourself. Spread out big changes and difficult projects over time; don't lump the hard things all together.
10. Take one day at a time.
11. Separate worries from concerns. If a situation is a concern, find out what God would have you do and let go of the anxiety. If you can't do anything about a s ituation, forget it.
12. Live within your budget; don't use credit cards for ordinary purchases.
13. Have backups; an extra car key in your wallet, an extra house key buried in the garden, extra stamps, etc.
14. K.M.S. (Keep Mouth Shut). This single piece of advice can prevent an enormous amount of trouble.
15. Do something for the Kid in You everyday.
16. Carry a Bible with you to read while waiting in line.
17. Get enough rest
18. Eat right.
19. Get organized so everything has its place.
20. Listen to a tape while driving that can help improve your quality of life.
21. Write down thoughts and inspirations.
22. Every day, find time to be alone.
23. Having problems? Talk to God on the spot. Try to nip small problems in the bud. Don't wait until it's time to go to bed to try and pray.
24. Make friends with Godly people.
25. Keep a folder of favorite scriptures on hand.
26. Remember that the shortest bridge between despair and hope is often a good "Thank you Jesus."
27. Laugh.
28. Laugh some more!
29. Take your work seriously, but not yourself at all.
30. Develop a forgiving attitude (most people are doing the best they can).
31. Be kind to unkind people (they probably need it the most).
32. Sit on your ego.
33. Talk less; listen more.
34. Slow down.
35. Remind yourself that you are not the general manager of the universe.
36. Every night before bed, think of one thing you're grateful for that you've never been grateful for before.
GOD HAS A WAY OF TURNING THINGS AROUND FOR YOU.
"If God is for us, who can be against us?" (Romans 8:31
)

Mother Theresa Prayer

Mother Theresa Prayer

REMEMBER to make a wish before you read the poem. That's all you have to do. There is nothing attached. This is a powerful novena. Just send this to four people and let me know what happens on the fourth day. Do not break this, please. Prayer is one of the best free gifts we receive. There is no cost but a lot of reward.
(Did you make a wish?)


If you don't make a wish, it won't come true.
Last Chance to Make a Wish.


May today there be peace within
May you trust your highest power that you are exactly where you are meant to be....
May you not forget the infinite possibilities that are born of faith
May you use those gifts that you have received, and pass on the love
that has been given to you....
May you be content knowing you are a child of God....
Let this presence settle into our bones, and allow your soul the freedom to sing, dance, praise and love
It is there for each and every one of you....

Sunday, December 03, 2006

Apakah Anda menganjurkan aborsi pada keempat kasus berikut ini?

Apakah Anda menganjurkan aborsi pada keempat kasus berikut ini?

1. Ada seorang pendeta Dan isterinya yang sangat miskin. Mereka telah mempunyai 14 anak. Dan sekarang isterinya mengandung anak yang ke-15. Memperhatikan kemiskinan mereka Dan semakin banyaknya penduduk dunia, apakah Anda menganjurkan aborsi?

2. Sang ayah sakit kelamin, sang ibu mengidap TBC. Mereka mempunyai empat anak. Yang pertama buta, yang kedua mati, yang ketiga tuli Dan yang keempat juga terkena TBC. Dan ternyata ia hamil lagi. Mengingat kondisi yang sangat ekstrim ini apakah Anda menganjurkan aborsi?

3. Seorang pria kulit putih telah memperkosa seorang gadis berkulit hitam berumur 13 tahun Dan ia hamil. Kalau Anda orangtuanya apakah Anda menganjurkan aborsi?

4. Seorang gadis belasan tahun hamil. Ia telah bertunangan. Tunangannya bukanlah ayah anak yang dikandungnya, Dan sang tunangan itu merasa sangat terpukul. Apakah Anda menganjurkan aborsi?

Bila Anda menganjurkan Aborsi maka Anda Telah :

1. Pada kasus pertama Anda telah membunuh John Wesley, salah satu penginjil terkemuka pada abad ke-19.

2. Pada kasus kedua, Anda baru saja membunuh Beethoven.

3. Pada kasus ketiga Anda telah membunuh Ethel Waters, penyanyi rohani besar berkulit hitam.

4. Bila pada kasus keempat Anda mengatakan ya, maka Anda baru saja menyatakan pembunuhan terhadap Yesus Kristus !!!
Written by Jack
(this article taken from milis internationalsos_medic@yahoogroups.com)

Monday, November 27, 2006

MANAJEMEN STRESS

MANAJEMEN STRESS
=================
oleh : Steven covey

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok.
Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa.

Friday, November 24, 2006

Kado untuk Tuhan

Kado untuk Tuhan

Diambil dari cerita nyata..

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"
"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."
"Terima kasih, Bapa Pendeta."
"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"
"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."
Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.
"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.
Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi. Tolong Tuhan.
Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.
Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini.
Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.
Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."
Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .
"Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"
Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.
Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.
Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.."
"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"
Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."
Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.
"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!"
Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar, dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.
Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata dating dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.
Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?"
Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.
Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..
Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan.
Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.
"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.
"Apa katanya?"
Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.
"Apa yang dikatakan?"
"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang.Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.
Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan
."
(taken from a milist)

7 keajaiban dunia

7 keajaiban dunia
Sekelompok pelajar kelas geografi belajar mengenai "Tujuh Keajaiban Dunia". Pada akhir pelajaran, guru meminta pelajar tersebut untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini.
Para pelajar bergumam, tertawa, dan berpikir. Mereka membayangkan semua yang hebat, yang mencengangkan.Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi:
1. Piramida Besar di Mesir
2. Taj Mahal
3. Grand Canyon
4. Panama Canal
5. Empire State Building
6. St. Peter's Basilica
7. Tembok China
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya."Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca,"Saya pikir Tujuh Keajaiban Dunia adalah:
1. Bisa bersyukur
2. Bisa merasakan
3. Bisa tertawa
4. Bisa mendengar
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan...
5. Bisa berbagi
6. Bisa mencintai
7. Dan bisa dicintai
Ruang kelas tersebut sunyi seketika...Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban" sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan lakukan untuk kita, menyebutnya sebagai "biasa".
Semoga Anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan Anda. bersyukurlah untuk apa yg telah anda dapatkan sampai saat ini, karena itu sesungguhnya semua merupakan suatu "keajaiban".

Google Translate

Adventist News Network

ReliefWeb: Latest Vacancies (in UN--United Nations)