Tuesday, September 25, 2007

Types of Gloves

Types of Gloves
by Denise M. Korniewicz, DNSc, RN, FA


In an effort to reduce occupational exposure to Hepatitis B Virus (HBV), Human Immunodeficiency Virus (HIV), and other bloodborne pathogens, the Occupational Safety and Health Administration (OSHA) established a mandate related to protective attire. Specifically for gloves, it stated that "Gloves shall be worn when the employee has the potential for hands to have direct skin contact with blood, other potentially infectious material, mucous membranes, non-intact skin, and when handling items or surfaces soiled with blood or other potentially infectious materials.

Disposable (single use) gloves, such as surgical or examination gloves, shall be replaced as soon as possible when visibly soiled, torn, punctured or when their ability to function as a barrier is compromised." [Federal register: Part II, CFR Part 1910].
As a result of this mandate and the implementation of universal precautions (Centers of Disease Control and Prevention, 1987), glove usage grew from 1.4 billion in 1988 to 8.3 billion in 1993 (NIOSH, 1997). Healthcare workers are concerned, confused, and often times, unsure about the types of gloves available for their use in healthcare settings. Often they find that the information available depends on cost versus the quality of the product.

Today, there are a variety of gloves available for medical use ranging from sterile to non-sterile, from latex to non-latex products, and gloves marketed for "special use" to gloves that are labeled as procedure gloves. Additionally, there are a variety of gloves color coded and used in clinical settings that are marketed as more effective than others; however, there is little or no evidence as to the barrier quality of most gloves and how each differs from the other. In an effort to provide information to product managers about the selection of gloves for clinical use, most manufacturers are beginning to differentiate their product based on the standards developed by the Food and Drug Administration (FDA) and the American Standards of Tests and Materials (ASTM).

A variety of gloves can be found in most healthcare settings. These include latex (sterile, non-sterile), neoprene (chloroprene), nitrile, vinyl, polyurethane, and a variety of copolymers. Depending on which vendors supply your institution, the availability and variety of gloves used in your institution may vary. In order to provide healthcare workers with the best quality of gloves used for clinical practice, gloves (surgical or non-surgical) should be evaluated for their barrier quality, strength and durability, puncture resistance, fit and comfort, elasticity, and their allergen content or ability to cause an allergy. Listed below is a simple glove selection guide to assist product managers with the differences in the types of gloves available for clinical use.

Denise M. Korniewicz, DNSc, RN, FAAN, is a Professor at the University of Maryland School of Nursing (Baltimore, Maryland).

References
1. Federal Register (Part II, CFR Part 1910). Occupation Exposure to bloodborne pathogens: Proposed Rules and Notice of Hearing. May 30, 1989.
2. Centers for Disease Control: Recommendations for prevention of HIV transmission in healthcare setting. Morbidity and Mortality Weekly Report. 1987;36:IS-12S,(suppl II).
3. National Institute for Occupational Safety and Health, Department of Health and Human Services: NIOSH Alert: Preventing Allergic Reactions to Natural Rubber Latex in the Workplace, publ. No. 97:135, 1997.



Selection Guide for Gloves Used in Health Care Settings

Barrier
Protection
Strength & Durability
Puncture Resistance
Fit & Comfort
Elasticity
Allergenicity
Latex
Long-standing barrier qualities
Strong, natural rubber is durable
Has Re-seal qualities
Provides comfortable fit
Natural ability due to elastic quality rubber
Contains protein & chemical allergens low powder is preferred
Neoprene (Chloroprene)
Good but tear resistance Is marginal
Strong
Has some puncture resistant qualities
Provides a good fit, has some elastic ability that enhances fit
Close to latex & allows for flexibility
Contains no latex proteins but has some accelerator chemicals
Nitrile
Resistant to punctures & tears, flexes & does not develop holes
Strong has puncture resistant qualities
Has puncture resistant qualities
Slightly tighter fit
Less than latex over time tends to shape to wearer's hand
Contains no proteins but contains some accelerator chemicals
Vinyl
Easily breaks during use, Baggy
Weak, breaks easily & punctures easily in use
Punctures with sharps
Fit limited baggy
Dexterity compromised
Contains no proteins but chemical accelerators
Polyurethane
Durable & high puncture resistance
Excellent tear, puncture & abrasion resistance
Superior to latex for puncture resistance; mimics nitrile in performance
Good comfort & fit; has latex - like qualities
Elasticity is apparent
Contains no latex proteins & no chemical accelerators
Copolymer (block polymers)
Good resistance to tears
Stronger than vinyl; puncture resistance is fair
Easy to puncture
Latex like fit and comfortable
Elasticity superior to vinyl but below latex
Contains no latex proteins but some chemical accelerators

(message copied from a milist in yahoogroups)

Monday, September 24, 2007

Several vacant potition

Dear all,

SOS have several vacant potition in our office.
So if you have collegues, friend and relatives, who might be intented
in filling one of the postition below, just submit resume to Hrdsos_recruitment@internationalsos.com
or you can submit it to Head Recruitment Dept.
Add: Jl. Puri Sakti no 10, Cipete, Jaksel 12410.

  • Account Receiveable Supervisor
  • Alarm Centre Coordinator
  • Site Administrator
  • Head of Account Management
  • Bussines Development Management (Surabaya & Balikpapan)
  • Acount Management (Surabaya & Balikpapan)
  • Marketing Communication
  • Management Trainee (GMS/Site)
  • Doctor
  • Paramedic (GMS/Site)
  • Lab Technician (Surabaya & Jakarta)
  • Medical Record (Surabaya & Jakarta)
  • Xray Technician (Surabaya & Jakarta)
  • Ass. Pharmacy (Surabaya & Jakarta)
  • Ass. Dentist (Surabaya & Jakarta)

God Bless You,

(copied from a milist)

Tuesday, September 11, 2007

LAPORAN HASIL AUDIENSI

LAPORAN HASIL AUDIENSI
PP-PPNI DENGAN IBU MENTERI KESEHATAN RI
TANGGAL 1 AGUSTUS 2007

Audiensi dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 1 Agustus 2007, jam 10.20 s/d jam 11.50 WIB, bertempat di Ruang Kerja Ibu MENKES.

IBU MENKES langsung memandu acara Audiensi, sedangkan yang hadir dalam Audiensi tersebut al. :

1. Prof. Achir Yani S.Hamid, MN, D.N.Sc : Ketua Umum PP-PPNI
2. Dra. Junarsih W. Sudibyo : Sekjen PP.PPNI
3. Dra. Herawani Azis, M.Kes, M.Kep : Ketua I PP.PPNI
4. Suharsi, SKM, M.Kes : Ketua PPNI-Jawa Tengah
5. Drs. Hasruddin Djamal : Ketua PPNI-Sulawesi Selatan
6. Dr. Bambang Giatno, R. MPH : Ka Badan PPSDM
7. Ilham Setyo Budi, SKp, MKes : Dir. Bina Yan Keperawatan Depkes
8. dr. Setiawan Soeparan, MPH : Ka. Pusdiknakes
9. dr. Asjikin Iman. H. Dachlan, MHA : Ka. Puspronakes
10. dr. Untung Suseno, MPH : Kepala Bina Kesehatan Kerja

Acara diawali dengan sambutan ramah Ibu Menteri Kesehatan yang dilanjutkan dengan penyampaian maksud dan tujuan agenda AUDIENSI oleh Ketua PP.PPNI.

Secara garis besar, hasil audiensi dapat dirangkum sbb. :

1. Ketua Umum PP.PPNI, menyampaikan terimakasih Kepada IBU MENKES, atas perkenan beliau telah menerima usulan PPNI dalam pengisian jabatan Direktur Bina Pelayanan Keperawatan yang dijabat oleh PERAWAT.

2. Ucapan terimakasih juga atas penandatanganan Mutual Recognition Arrangement (MRA) oleh IBU MENKES, hal ini akan membawa dampak positif bagi pengakuan perawat di tingkat Internasional,

3. Ibu MENKES sangat menyambut baik niat PPNI untuk berperan secara nyata dalam membangun bangsa, beliau bangga dengan Ners-Ners Indonesia, untuk itu beliau berpesan agar kedepan bersama-sama Depkes menyiapkan Perawat Indonesia agar segera teregistrasi RN. Untuk itu Ibu Menkes menganjurkan agar pendidikan S1 Keperawatan Ners tetap dilanjutkan dengan memperhatikan kemampuan Bahasa Inggris dan untuk PHN dengan pendidikan D.III-Keperawatan ditambah sertifikasi Keperawatan Komunitas.

4. Ibu MENKES menegaskan untuk tidak menggunakan istilah DIV karena sangat sensitive. Beliau menyarankan tetap Diploma III + Sertifikat "Keprigelan", untuk mendukung kebutuhan tenaga kesehatan yang kompeten (terampil/skillfull); sebagai contoh: perawat PHN untuk mendukung keberhasilan program Desa Siaga.

5. Menyikapi adanya Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan (SMKK) yang menggunakan istilah perawat dan tidak termasuk dalam kategori tenaga kesehatan, maka disarankan agar menggunakan istilah "care giver". Jangan gunakan kata "perawat" karena bukan tenaga kesehatan.

6. Menyinggung tentang Uji Kompetensi Perawat, Ibu Menkes sangat setuju dan mendukung DepKes bekerjasama dengan PPNI untuk segara menindaklanjutinya.

7. Ibu Menkes konsisten dengan dukungan saat audiensi sebelumnya dengan PPNI bahwa PHN/Perkesmas masuk dalam "basic seven" Program Upaya Puskesmas dan meminta agar ditindaklanjuti oleh Direktur Bina Pelayanan Keperawatan.

8. Menyikapi kondisi kerja Perawat di daerah (sebagai contoh kasus dari PPNI-Jateng dari Kab. Purbalingga & Wonosobo dengan banyaknya perawat yang bekerja di PKD/Poskesdes dengan status kontrak tidak mengikat dan gaji yang tidak memadai – sesuai data terlampir), maka Ibu Menkes memandang perlunya PTT bagi perawat, yang akan ditindaklanjuti oleh Direktur Bina Pelayanan Keperawatan.

9. Terkait dengan item '8' Ibu Menkes akan berkoordinasi dengan Mendagri untuk membahas tentang standar gaji minimal yang layak bagi perawat

10. Dukungan UU-Praktik Keperawatan pada prinsipnya disambut baik sebagai landasan hukum praktik Keperawatan, namun beliau berpesan untuk dicermati kembali secara bersama (PPNI & DEPKES). Untuk hal ini Ketua Umum PP-PPNI akan segera menindaklanjuti dengan mempelajari draft yang sudah dipersiapkan DEPKES. Ketua Umum PP.PPNI menginformasikan RUU Praktik Keperawatan sudah dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Nomor Urut 160 untuk dibahasa oleh DPR RI.

11. Ibu Menkes juga berpesan agar para perawat lebih percaya diri karena kompetensi perawat Indonesia tidak kalah dengan perawat asing, hanya kelemahannya terletak pada kemampuan berbahasa Inggris.


Audiensi diakhiri dengan suasana yang hangat dan menyenangkan dilandasi semangat saling mendukung.


Jakarta, 1 Agustus 2007

Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Ketua Umum,


Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, D.N.Sc

(forwarded from inna_ppni@yahoogroups.com)

Friday, September 07, 2007

Belajar dari Paulo Coelho

Kiat Sukses: Belajar dari Paulo Coelho

Saya sudah lama mendengar tentang Paulo Coelho, tapi belum sempat untuk membeli dan membacanya sampai beberapa hari yang lalu. Buku yang paling terkenal tentu saja The Alchemist, yang menceritakan perjalanan anak muda bernama Santiago dalam mencapai cita-citanya atau yang disebut Legenda Pribadi (Personal Legend). Buku ini disukai jutaan orang di dunia karena dengan cara yang sederhana mampu memberi inspirasi bagi mereka yang ingin mengejar impiannya. Pantas saja buku ini terjual 30 juta copy dan sudah diterjemahkan kedalam 60 bahasa.

Saya membaca kisah hidup pak Paulo dan menemui bahwa hidupnya sendiri adalah suatu perjalanan yang tidak mudah.

Paulo Coelho bercita-cita menjadi penulis sejak berumur belasan tahun. Namun orang tuanya menganggap profesi itu tidak bagus bagi martabat keluarga dan memaksa dia menjadi seorang insinyur. Bahkan karena Paulo muda berkeras dengan cita-citanya, orang tuanya memaksa memasukkan dia kerumah sakit jiwa! Sampai dua kali dia dimasukkan kesana dan diterapi listrik supaya kembali "sadar" dan mau berubah pikiran. Minta ampun.

Paulo sempat meninggalkan cita-citanya ini dan bekerja dalam berbagai bidang termasuk sebagai executive di perusahaan rekaman. Sampai ketika dia hampir berusia 40 tahun dia diingatkan akan panggilannya melalui suatu pengalaman pribadi yang membuat dia memutuskan untuk melakukan napak tilas perjalanan Santiago dari Perancis ke Spanyol yang mengubahkan hidupnya.

Dia kemudian menuliskan pengalaman rohani yang dia dapatkan dalam perjalanan ini dalam buku The Pilgrimage yang sempat dibukukan namun tidak terlalu sukses. Setahun kemudian dia menulis The Alchemist yang juga hanya terjual 900 copy dan ditolak untuk dicetak ulang oleh penerbitnya. Paulo tidak putus asa dan dia menemukan penerbit lain yang bersedia mencetak buku tersebut. Selanjutnya adalah sejarah. Karena buku tersebut meledak di Brazil, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan meledak juga. Sehingga sampai sekarang sudah terjual 30 jutaan copy. Paulo kemudian menjadi penulis terkenal yang sampai sekarang sudah menjual 100 juta copy dalam berbagai judul yang dijual di 150 negara dan dalam 60 bahasa. Luar biasa!

Kembali suatu pengalaman hidup seseorang yang mampu mencapai cita-citanya karena berani meninggalkan comfort zone dan mengambil resiko ketidakpastian asalkan dia bisa mencoba menjalani apa yang ditaruhkan dalam hatinya.

Di buku The Alchemist dia menuliskan bahwa bila kita memutuskan untuk mengejar cita-cita kita, maka .... all the universe conspires in helping you to achieve it. Seluruh alam semesta akan berkonspirasi untuk menolong kita mencapai cita-cita kita itu. Wah Indah sekali!

Sebetulnya itu bukan hal yang baru sebab Alkitab mengatakan:
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rom 8:28)

Atau dalam bahasa Inggrisnya:
And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are the called according to his purpose.

Apakah anda memiliki sesuatu yang tersimpan dalam hatimu sejak lama ? Suatu panggilan. Suatu cita-cita. Sesuatu yang sudah
terpendam sekian lama?

Tidak pernah terlambat untuk memulai perjalanan mencapai panggilanmu itu hari ini. Karena saat engkau mulai melangkah,... all the universe conspires in helping you to achieve it.

All blessings,
Binsar

ps: anda bisa membaca artikel Kiat Sukses yang ber-ilustrasi di
http://binsar.blogspot.com/

(copied from a milis @yahoogroups)

Makna dari Pekerjaan Kita

Selamat menjelang SABAT,


Makna dari Pekerjaan Kita

Beberapa waktu yang lalu saya memiliki kesempatan untuk menginap selama beberapa hari di sebuah hotel berbintang lima di Singapura dalam rangka perjalanan dinas. Selama tinggal di hotel tersebut ada yang sangat menarik bagi saya, bukan karena pelayanan atau kemewahan dari hotel berbintang lima tersebut, melainkan pekerjaan dari salah satu karyawan hotel.

Sebut saja Pak Lim nama'nya, seorang pria berusia 60 tahunan dan bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangat monoton dan membosankan. Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar, dia memeriksa engsel pintu setiap kamar hotel.

Saya akan menceritakan sedikit bagaimana tugas Pak Lim yang sesungguh'nya. Pak Lim memulai rangkaian tugas'nya dengan memeriksa engsel pintu pintu kamar 1001 dan memastikan bahwa engsel dan fungsi kunci pintu berfungsi dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan'nya bukanlah pemeriksaan yang "seada'nya" saja, namun pemeriksaan yang dilakukan dengan seksama dan menyeluruh pada setiap engsel serta memastikan bahwa setiap pintu dapat dibuka-tutup tanpa masalah.

Untuk memeriksa satu pintu saja, Pak Lim berulang kali membuka dan menutup pintu tersebut hanya untuk memastikan bahwa semua'nya sudah berfungsi dengan baik. Barulah setelah puas, dia membubuhkan paraf pada daftar yang dibawa'nya dan memeriksa pintu kamar berikut'nya, kamar 1002, dia melakukan hal yang sama, begitulah seterus'nya. Dalam sehari, Pak Lim dapat memeriksa engsel pintu di 30 kamar.

Anda tentu bertanya, berapa hari waktu yang dibutuhkan Pak Lim untuk memeriksa pintu semua kamar di hotel itu, kurang lebih sebulan…!!! Tidak mengejutkan sebenar'nya karena hotel berbintang lima tersebut memiliki sekitar 600 kamar.

Tugas pemeriksaan Pak Lim dapat diibaratkan sebagai lingkaran, setelah pintu kamar terakhir selesai di periksa, Pak Lim akan kembali lagi ke kamar pertama, kamar 1001. Rangkaian tugas ini terus berjalan seperti itu, dari hari ke hari, bulan ke bulan hinga tahun demi tahun. Pekerjaan semacam ini jelas merupakan pekerjaan yang monoton, tanpa variasi dan sangat membosankan!!! dan saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Pak Lim masih dapat dengan cermat dan teliti memeriksa setiap engsel pintu dalam menjalani tugas yang membosankan ini. Saya membayangkan, seandai'nya saja saya sendiri yang diminta melakukan tugas semacam ini, mungkin saya akan memeriksa setiap engsel dengan sekedar'nya saja.

Karena sangat penasaran, saya bertanya kepada Pak Lim apa yang sebenar'nya membuat'nya begitu tekun menjalani pekerjaan rutin itu. Jawaban'nya sungguh diluar dugaan saya dan dengan lantang dia mengatakan, "Anak muda, dari pertanyaan anda, saya bisa menyimpulkan bahwa anda tidak memahami pekerjaan saya. Pekerjaan saya bukan sekedar memeriksa engsel, tetapi lebih dari itu. Begini anak muda… tamu-tamu kami di hotel berbintang lima ini jelas bukan orang sembarangan, mereka biasa'nya adalah Kepala Keluarga, CEO sebuah perusahaan, Direktur atau juga Manajer Senior. Dan saya tahu mereka semua jelas bertanggung jawab atas kehidupan keluarga mereka, dan juga banyak karyawan dibawah'nya yang jumlah'nya mungkin 20 orang, 100 atau bahkan hingga ribuan orang.

"Nah, bila sesuatu yang buruk terjadi di hotel ini, misal'nya saja kebakaran atau gempa dan pintu tidak dapat dibuka dengan baik karena engsel'nya rusak, mereka mungkin saja dapat meninggal di dalam kamar dan akibat'nya dapat anda bayangkan, pasti sangat mengerikan, bukan hanya untuk reputasi hotel ini, tetapi juga bagi keluarga mereka, karyawan yang berada dibawah tanggungan mereka. Keluarga mereka akan kehilangan sosok Kepala Keluarga yang menafkahi mereka dan karyawan mereka akan kehilangan sorang pimpinan senior yang bisa jadi mengganggu kelancaran perusahaan. Sekarang anda mungkin dapat mengerti bahwa tugas saya bukan sekedar memeriksa engsel, tapi menyelamatkan Kepala Keluarga dan Pimpinan unit bisnis sebuah perusahaan. Jadi, jangan meremehkan tugas saya".

Saya benar-benar terperangah mendengar penjelasan panjang lebar Pak Lim. Dari situlah saya mengerti bahwa jika seseorang tahu benar apa makna dibalik pekerjaan'nya, dia akan melakukan pekerjaan'nya dengan bangga, dengan senang hati dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Sebalik'nya, seandainya saja Pak Lim tidak memahami makna pekerjaan'nya, dia akan mengatakan bahwa tugas'nya hanya sebagai tukang periksa engsel.

Sekarang, coba tanyakan pada diri anda sendiri. Apakah anda tahu benar apa makna dibalik pekerjaan anda?
Katakanlah anda adalah seorang Staff, Kepala Bagian, Manajer dari suatu Department, apakah anda tahu makna dibalik pekerjaan anda sebagai seorang Staff, Kepala Bagian atau Manajer?

Ingatlah bahwa jika seseorang tahu makna dari pekerjaan'nya, dia pasti akan melakukan pekerjaan dengan rasa bangga, dan yang terpenting, dia akan membuat pekerjaan'nya penuh arti, bagi diri'nya, bagi keluarga'nya dan bagi perusahaan'nya.

APAPUN PEKERJAAN KITA, ALANGKAH INDAH'NYA BILA SEMUA PEKERJAAN YANG KITA LAKUKAN SELALU MEMILIKI DASAR TUJUAN UNTUK TUHAN DAN SESAMA BUKAN HANYA UNTUK PERASAAN DAN KEPUASAN DIRI SENDIRI.

YULIUS PURWANTO - Jemaat IPH
International SOS - Jakarta
Training Department
Phone: 021-7505973, Ext- 8726
Mobile: 08122398783


(copied from ucc@yahoogroups.com)

Google Translate

Adventist News Network

ReliefWeb: Latest Vacancies (in UN--United Nations)