Friday, December 01, 2006

Acara Tatap Muka dengan Mentri Kesehatan RI

Chalida Hayulani wrote:
Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hari ini (17 Mei 2005) saya mendapat selebaran di kampus yang isinya betul-betul memprihatinkan bagi dunia Keperawatan di Indonesia (setidaknya begitu menurut saya pribadi). Kejadian dan pernyataan yang tertulis di bawah ini memang sudah berlangsung cukup lama tapi ini berita ini sendiri baru saya dapatkan sore ini. Saya hanya ingin rekan-rekan keperawatan baik yang sudah menjadi perawat, bergerak di bidang pendidikan keperawatan,yang masih menempuh pendidikan,dll mengetahui hal ini. Betapa masih dipandang rendah dunia keperawatan di Indonesia.

Tulisan berikut ini diketik sesuai dengan yang aslinya.
Acara Tatap Muka dengan Mentri Kesehatan RI
Rabu, 20 April 2005 Jam 11.00-12.00
Di Ruang Mahar Marjono

Acara pamitan dan mohon pengarahan Ibu Menkes RI bagi dosen dan sarjana Keperawatan PSIK-STIKes Binawan yang akan melanjutkan program S2 Keperawatan dan RN di University of Technology Sidney Australia.

Ibu Menkes RI yang didamping oleh Kepala PP SDM Depkes RI mengatakan:
1. Boleh-boleh saja melanjutkan sekolah tinggi keperawatan tapi mau tidak melayani pasien (jadi perawat klinik disamping pasien)
2. Pengalaman beliau di R.S Harapan Kita lulusan S1 Keperawatan tidak bisa melaksanakan pelayanan keperawatan tetapi untuk mengikuti rapat cukup jago akhirnya jadi perawat jago rapat dan jago coordinator dan inginnya jadi manajer
3. Saat ini Indonesia belum dibutuhkan Ilmu Keperawatan yang terlalu tinggi tapi dibutuhkan perawat yang mau melayani pasien dan yang dibutuhkan pendidikan keperawatan yang menengah
4. Merasa heran dengan PPNI dan para perawat tidak mendukung penyelenggaraan D4 karena yang dibutuhkan saat ini adalah perawat yang lulusan DIII + 1 tahun dengan kemampuan skill yang tinggi
5. Harus disadari oleh perawat bahwa input keperawatan rendah dan bukan orang nomer satu. Buangan dan tidak masuk kemana-kemana baru masuk keperawatan
6. Perawat harus tahu batas dan wewenang keperawatan dan tidak mengambil kapling dokter
7. Masalah keperawatan merupakan hal yang rumit dan belum menemukan cara penyelesaiannya dan tidak didukung oleh profesi keperawatannya sendiri
8. Menghimbau dan mengajak yayasan Binawan untuk merencanakan pendidikan perawat untuk pemenuhan kebutuhan dalam negri dan tidak hanya mencetak perawat profesional untuk kebutuhan luar negri.
Kesan

- Ibu Mentri kurang memahami pendidikan keperawatan di INDONESIA
- Dalam pengarahan kurang memajukan profesi keperawatan dan kurang bijaksana.
Komentar saya:
"Gimana mau maju. Menkesnya aja ngga ngedukung kita (perawat2). Kalo gitu Bu Mentri apusin aja smua pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia ini biar ngga usah ada aja perawat.Kita mau tahu bisa ngga dokter kerja sendiri,masangin infus ndiri,ngatur manajemen perawatan sendiri,mandiin pasien sendiri.Ngga usah pake bantuan perawat. Ngga heran deh kalo perawat PROFESIONAL INDONESIA lebih memilih 'EKSODUS" ke luar negeri, di negaranya sendiri ngga dihargai sih.."
(this message taken from milis Indonesian_nurses@yahoogroups.com)-- message posted by Chalida Hayulani at Tuesday, May 17, 2005 8:28:34 PM

1 comment:

Syaiful said...

sabar bro.. Q jga seorg
perawat. Mgkn menekuni
profesi sbg seorang perawat
memang harus berjiwa tinggi
dan rasa ikhlas yg tggi. D
indonesia skg memang trasa
kurg adil trhdp profesi kita. Yg
pling pnting sekarang
bgaimana PPNI mampu
mengubah paradigma itu.
Slam kenal dari madura

Google Translate

Adventist News Network

ReliefWeb: Latest Vacancies (in UN--United Nations)